Sebelum kita mendapatkan suatu pekerjaan, sebaiknya carilah pekerjaan yang sesuai dan tepat dengan hati kita, dengan kemampuan kita, dengan keahlian kita, dan jurusan Akademik kita jika kita telah sarjana atau diploma. Sahabat edukasinfo yang di Rahmati Allah, bekerja adalah Sunatullah dan sunah Rasulullah, bekerja adalah kegiatan yang dapat membuat manusia merasakan dirinya menjadi sosok manusia yang sesungguhnya, bekerja dapat melahirkan apresiasi dan pengakuan, bekerja akan dapat memperoleh apa yang diinginkan dan diharapkan, dan pekerjaan menjadi kebutuhan kita manusia. Jika kita merunut kepada rumus kehidupan ini, pasti kita akan berasumsi bahwa dengan bekerjalah kita akan mendapatkan sesuatu, seperti mendapatkan upah "uang".
Sunatullah maksudnya seperti ini, dengan bekerja kita akan mendapat upah atau gaji, jika tidak bekerja kita tidak akan mendapat upah atau gaji. Artinya ada hubungan sebab akibat disini. Juga perlu kita ketahui, bahwa tanpa bekerja pun Allah telah mengatur rezeki kita. Namun, rezeki orang yang bekerja dan rezeki orang yang tidak bekerja sangatlah tidak sama. Orang yang bekerja dia akan merasakan hukum sebab akibat dalam mendapatkan rezeki.
Sekarang, tinggal kita saja yang harus bagaiamana dalam meraih rezeki itu. Ibaratnya rezeki itu adalah sebuah pulau yang penuh dengan uang dan benda-benda, dan kita harus menyeberangi pulau itu agar mendapat uang dan benda-benda tersebut. Bahkan Rasul dan nabi pun menghidupi keluarga mereka dengan bekerja, bukan hanya sekedar menunggu turunnya harta dari langit. Contoh Nabi nabi Musa bekerja sebagai Gembala kambing, nabi Daud AS bekerja dengan membuat baju besi,Nabi kita Muhammad SAW ketika masih muda beliau berdagang.
“Sesungguhnya
Nabi Daud tidak makan kecuali dari hasil jerih payahnya sendiri”. [HR
Bukhari no. 1967 dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu].
Sumber: https://almanhaj.or.id/2773-para-nabi-dan-salafush-shalih-juga-bekerja.htmlInilah ayat-ayat Al-qur'an dan beberapa hadis yang menerangkan bahwa bekerja itu penting:
Sumber: https://almanhaj.or.id/2773-para-nabi-dan-salafush-shalih-juga-bekerja.htmlInilah ayat-ayat Al-qur'an dan beberapa hadis yang menerangkan bahwa bekerja itu penting:
Coba perhatikan ayat Alqur'an dan hadis nabi berikut:
“Musa berkata, “Ini adalah tongkatku. Aku bertelekan padanya, dan aku pukul (daun) dengannya untuk kambingku, dan bagiku ada lagi keperluan yang lain padanya.” [Thaahaa : 18].
“Tidaklah seseorang memakan makanan yang lebih baik dari memakan hasil jerih payahnya sendiri, dan sesungguhnya Nabi Daud makan dari hasil jerih payahnya sendiri”. [HR Bukhari no. 1966 dari Al Miqdam bin Ma’diyakrib Radhiyallahu ‘anhu].
“Zakariya Alaihissallam dulu adalah seorang tukang kayu”. [HR Muslim no. 2379 dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu].
“Musa berkata, “Ini adalah tongkatku. Aku bertelekan padanya, dan aku pukul (daun) dengannya untuk kambingku, dan bagiku ada lagi keperluan yang lain padanya.” [Thaahaa : 18].
“Tidaklah seseorang memakan makanan yang lebih baik dari memakan hasil jerih payahnya sendiri, dan sesungguhnya Nabi Daud makan dari hasil jerih payahnya sendiri”. [HR Bukhari no. 1966 dari Al Miqdam bin Ma’diyakrib Radhiyallahu ‘anhu].
“Zakariya Alaihissallam dulu adalah seorang tukang kayu”. [HR Muslim no. 2379 dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu].
“Tidaklah Allah mengutus seorang nabi pun melainkan pernah menggembala kambing.” Para sahabat bertanya,”Dan engkau sendiri?” Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab,”Ya, aku juga dulu menggembalakan (kambing-kambing) milik penduduk Mekkah dengan upah beberapa qirath.” [HR Al Bukhari no. 2143 dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu . Lihat pula Shahihul Jami’ no. 5581]
“Zakariya Alaihissallam dulu adalah seorang tukang kayu”. [HR Muslim no. 2379 dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu].
Sumber: https://almanhaj.or.id/2773-para-nabi-dan-salafush-shalih-juga-bekerja.html
Sumber: https://almanhaj.or.id/2773-para-nabi-dan-salafush-shalih-juga-bekerja.html
“Sesungguhnya
Nabi Daud tidak makan kecuali dari hasil jerih payahnya sendiri”. [HR
Bukhari no. 1967 dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu].
Sumber: https://almanhaj.or.id/2773-para-nabi-dan-salafush-shalih-juga-bekerja.htmlnabi Muhammad SAW menjadi pedagang dan lain-lain.
Sumber: https://almanhaj.or.id/2773-para-nabi-dan-salafush-shalih-juga-bekerja.htmlnabi Muhammad SAW menjadi pedagang dan lain-lain.
Sahabat edukasinfo, bekerja tidaklah selalu menjadi mudah untuk dijalani, terlebih lagi jika pekerjaan yang sangat membutuhkan keahlian, yang termasuk dalam kategori efektif dan berhasil guna. Banyak idividu yang bekerja dengan hanya berharap pada pendapatan atau gaji tinggi setiap bulan. Orientasinya semata-mata hanya pada uang atau gaji di dalam memilih pekerjaan, telah menjadikan individu tersebut membuat kuburan sendiri dalam hidupnya. Akibat mengganguur atau mungkin gaji kecil, dan kemudian akhirnya memutuskan untuk pindah ke perusahaan yang lebih besar dengan gaji tinggi tanpa melewati pertimbangan yang benar-benar matang. Sebagai contoh seperti kisah nyata berikut ini.
Hendi adalah seorang akuntan. Diantelah bekerja di perusahaan "X" selama satu tahun bekerja itu ia merasa tidak kerasan karena gaji yang menurutnya kurang menjanjikan. Lalu, dia tertarik pada sebuah lowongan pekerjaan baru di perusahaan "y" dan bidang kerjanya adalah sebagai manajer marketing. Dengan harapan gaji yang tinggi dan kehidupan yang lebih baik, dia pun melamar pada perusahaan tersebut dan akhirnya Hendi diterima. Setelah enam bulan bekerja sebagai manajer marketing, lalu muncul permasalahan. Pertama Hendi yang pendiam dan introvert. Sesungguhnya, dia tidak menyukai untuk bertemu dengan orang-orang baru dan dia merasa tidak mampu untuk menjalin hubungan karena dia merasa kurang mampu untuk bergaul. Walaupun Hendi telah berusaha keras, tampaknya usaha itu gagal. Dia mulai melihat kegagalannya itu dalam membimbing bawahannya. yang paling fatal lagi adalah bawahannya mulai meragukan kemampuan Hendi untuk memimpin departemen marketing.
Hendi adalah seorang akuntan. Diantelah bekerja di perusahaan "X" selama satu tahun bekerja itu ia merasa tidak kerasan karena gaji yang menurutnya kurang menjanjikan. Lalu, dia tertarik pada sebuah lowongan pekerjaan baru di perusahaan "y" dan bidang kerjanya adalah sebagai manajer marketing. Dengan harapan gaji yang tinggi dan kehidupan yang lebih baik, dia pun melamar pada perusahaan tersebut dan akhirnya Hendi diterima. Setelah enam bulan bekerja sebagai manajer marketing, lalu muncul permasalahan. Pertama Hendi yang pendiam dan introvert. Sesungguhnya, dia tidak menyukai untuk bertemu dengan orang-orang baru dan dia merasa tidak mampu untuk menjalin hubungan karena dia merasa kurang mampu untuk bergaul. Walaupun Hendi telah berusaha keras, tampaknya usaha itu gagal. Dia mulai melihat kegagalannya itu dalam membimbing bawahannya. yang paling fatal lagi adalah bawahannya mulai meragukan kemampuan Hendi untuk memimpin departemen marketing.
Kira-kira apa yang sedang terjadi dengan Hendi? Apa yang menyebabkan timbulnya masalah tersebut? Hendi mengambil keputusan yang kurang tepat. Akibatnya fatal, baru enam bulan bekerja di tempat baru, anak buahnya sudah mulai merasa tidak kerasan dan tidak puas. Apa yang sedang terjadi dengan diri Hendi? Ternyata Hendi sendiri tidak memahami pekerjaan yang baru tersebut. Yang lebih fatal lagi adalah bahwa Hendi merasa sangat tidak pas dengan pekerjaan tersebut.
Dari kisah di atas, terlihat bagaimana kepribadian Hendi sendiri kurang sesuai dengan bidang pekerjaan barunya, yaitu Marketing. Hendi memiliki tipe kepribadian yang introvert. Artinya, dia lebih cenderung untuk melakukan kegiatan-kegiatan yang sifatnya ke dalam diri, seperti bekerja secara sendirian. Sementara pekerjaan marketing menuntut kepribadian yang ekstrovert, yaitu tipe orang yang menyukai kegiatan ke luar dirinya, seperti bertemu dengan banyak orang, bergaul dengan rekan-rekannya, melakukan kerja tim, dan lain-lain.
Selain faktor kepribadian, ada pula faktor lain yang membuat Hendi tidak cocok dengan pekerjaan barunya. Seperti kurang menyukai membujuk orang-orang melalui komunikasi yang efektif. Kemungkinan ia merasa kurang mampu untuk berkomunikasi. Sekarang coba kita simak kisah kedua ini.
Insya Allah bersambung....
Sumber : Al-manhaj.or.id dan Menjadi pribadi berprestasi, Grasindo
No comments:
Write komentarTerima Kasih